Eromanga Sensei: apa yang diperlukan untuk melakukan menulis?

Hai

Selamat malam

Selamat Idul Adha bagi yang memperingati

Hmm.. jadi lupa mau nulis apa. Setelah aku menulis tiga kalimat di atas aku malahan nonton Washio Sumi wa Yuusha de Aru, wkwk.. maaf

Beberapa hari ini aku menonton serial Eromanga Sensei. Iya-iya, aku tahu sudah lama tamatnya (yang anime), tapi aku baru sempat menonton minggu ini

Untuk yang belum tahu, serial anime yang diadaptasi dari Light Novel dengan judul yang sama tersebut bercerita tentang seorang remaja (Masamune Izumi) yang berprofesi sebagai penulis novel. Dia ingin adiknya (adik tirinya – Sagiri) untuk keluar dari kamarnya. Sang adik mengurung diri di kamar semenjak setahun(?) yang lalu.

Ternyata Sang Adik adalah seorang ilustrator dengan nama pena Eromanga Sensei. Oke, pilihan nama yang aneh.

Animenya cukup menyenangkan untuk ditonton. Plotnya ringan dan menghibur. Kalau kalian ingin menonton film dengan genre romantic-comedy, serial ini sangat aku rekomendasikan.

Tapi cukup sekian aku menceritakan tentang serj Eromanga Sensei karena bukan serial ini yang ingin aku fokuskan, maaf.

Sang Kakak yang merupakan seorang penulis (light novel sepertinya) bertemu dengan berbagai penulis juga. Seperti Yamada Elf, Senju Muramasa, dan satu lagi aku lupa (omong-omong itu nama pena bukan nama asli). Sang Kakak belajar (saling belajar mungkin) dalam interaksinya dengan sesama penulis.

Dan.. itu JLEB bagiku.

Sebelum lanjut, sudahkah kalian menjawab judul post ini?

Apakah untuk menulis kita memelurkan kemampuan? Bakat? Motivasi besar? Rival?

Menurutku (setelah menonton Eromanga Sensei), apapun bisa menjadi sebab menulis.

Tidak harus punya kemampuan hebat, karena seharusnya hal tersebut bisa didapat jika terus menulis.

Motivasi? Boleh sih, tapi jika pun terpaksa menulis, kemungkinan akan ada alasan untuk tetap suka menulis.

Yang lainnya tidak perlu aku jelaskan gakpapa ya? Lanjutkan membaca “Eromanga Sensei: apa yang diperlukan untuk melakukan menulis?”

Bagaimana cara menulis?

Sebenarnya hari ini aku ingin menulis tentang Westworld, akan tetapi aku cuma punya sedikit waktu (baca: lebih sedikit waktu daripada biasanya) untuk menulis di WordPress hari ini.

Hmm… pertanyaan ini lebih aku tujukan kepada diriku sendiri, bagaimana supaya aku bisa menulis lebih baik. Beberapa tahun yang lalu aku merasa, untuk menulis novel atau cerpen, yang penting adalah plot (cerita)-nya. Akan tetapi semenjak beberapa waktu lalu, terutama setelah aku menonton Crash Course Literature, teknik penulisan dan cara pembawaan cerita juga berpengaruh terhadap penerimaan pembaca terhadap suatu cerita.

Ya.. jadi sekarang aku semakin sering berpikir bagaimana agar tulisan-tulisanku sedikit lebih bermutu.

Hmm… berpikir lagi.

Siyuu ๐Ÿ™‚

Kingsglaive: membuatku kembali ke alam fantasi

Hmm… sebenarnya sudah lama aku ingin menuliskan resensi (review) untuk film ini, tapi ya… sudahlah baru sempat sekarang. *maaf

Poster "Kingsglaive Final Fantasy XV"
Poster “Kingsglaive Final Fantasy XV”

Kingsglaive adalah film terakhir (terbaru maksudnya) dari serial Final Fantasy. Hmm…. sebenarnya agak salah juga nulis begini karena games Final Fantasy sendiri sangat berbeda antara satu sama lain, kecuali yang memiliki seri sama seperti FFVII dengan FFVII Dirge of Cerberus (yang berlatar di dunia yang sama). Ah… ribet jelasinnya wkwk.

Intinya: Kingsglaive ini berlatar di dunia yang sama dengan Final Fantasy XV. Ya… game Final Fantasy yang sudah dinanti sekitar 10 tahun, yang akhirnya dirilis awal tahun 2017 kemarin. Yeay.

Tapi sayangnya aku tidak bisa memainkannya -_- Lanjutkan membaca “Kingsglaive: membuatku kembali ke alam fantasi”

Sedikit tulisan di kesendirian

Selamat siang

Untuk siapapun yang membaca tulisan ini, maaf jika waktu kalian membaca ini sudah tidak siang lagi.

Sudah lama aku tak menulis. Aku kira sudah lebih dari 2 tahun aku tidak menuliskan sesuatu dengan serius. Tulisan-tulisan yang ada di blog ini pun sebagian besarnya hanya aku tulis seadanya. Hal itu membuatku sedikit sedih dan kecewa.

Aku merasa kemampuan tulis-menulisku berkurang drastis jika dibandingkan dengan diriku 3 tahun lalu. Apabila kemampuanku tidak meningkat lagi bisa saja impianku untuk menulis novel tidak terlaksana. Sebenarnya sudah lama aku tidak ingin menulis novel karena aku kurang bisa menjaga alur cerita yang panjang. Sekarang aku lebih tertarik untuk membuat cerpen dengan alasan alur yang lebih pendek.

Lanjutkan membaca “Sedikit tulisan di kesendirian”