Hoshimachi Suisei: Psycho Idol Can’t Be This Cute

Sekitar 3 minggu lalu aku menjumpai sebuah video… musik? Lagu? Intinya ada yang bernyanyi di situ. Berikut videonya.

Videonya panjang (1 jam 4 menit) harap diperhatikan kuota internetnya.

Tidak jarang video musik memakai thumbnail dan animasi bergaya anime, Dazbee contohnya, meskipun tidak sepenuhnya dianimasikan. Pernah juga aku menonton video/stream dengan facerig (kartun mengikuti mimik wajah/facial detection) seperti Ash on LoL. Sebelumnya juga pernah mendengar istilah Vtuber, namun… pertama kalinya aku menonton stream dari video di atas. Dan wow, suaranya enak di dengar dan jujur saja dengan memakai avatar karakter (bergaya) anime aku tertarik menonton.

Catatan kecil: setelah aku amati ternyata sebelumnya aku pernah menonton cover lagunya Aimer, “RE:I AM” oleh Inui Toko, namun aku tidak menyadari karena music video dan bukan stream.

Dikarenakan terkesan dengan suaranya yang merdu, aku mencoba mengenal Hoshimachi Suisei *ehm* Sui-chan lebih lanjut. Hal berikutnya yang aku temukan, selain pandai bernyanyi Sui-chan juga ahli bermain Tetris. Selanjutnya aku mencoba mencari di luar Youtube, menemukan halaman Sui-chan di Vtuber wiki dan paragraf pembukaannya membuatku terkejut, (intinya) “Setelah memenangkan satu sesi Project Winter sebagai traitor dia terkenal sebagai psikopat”.

Lanjutkan membaca “Hoshimachi Suisei: Psycho Idol Can’t Be This Cute”

Tenki no Ko: di Tengah Hujan di Tengah Tokyo

Catatan: tulisan ini berisi sedikit spoiler, kira-kira sekitar 30 menit pertama, terutama di bagian sinopsis.

TL;DR Tenki no Ko seperti film-film Makoto Shinkai sebelumnya memiliki kualitas gambar dan suara yang bagus. Ceritanya di sisi lain sebenarnya sederhana, bukan hal yang buruk karena disebabkan keserdehanaan ceritanya film ini mudah dinikmati. Ya, aku rekomendasikan untuk ditonton.

Pendahuluan dan sinopsis

Weathering with You (天気の子, Tenki no Ko, lit. “Child[ren] of Weather”) adalah film animasi yang dirilis pertama kali pada 19 Juli 2019 di Jepang. Ditulis dan disutradarai oleh Makoto Shinkai. Diproduseri oleh CoMix Wave Films, Wakana Okamura, Kinue Iito, dan Story Inc. Musiknya dikomposeri oleh Radwimps.

Tenki no Ko bercerita tentang Morihima Hodaka (森嶋 帆高) yang kabur dari rumah ke Tokyo. Di sana, ketika kondisi keuangan memburuk dia ditawari pekerjaan sebagai penulis majalah supernatural oleh Suga Keisuke (須賀 圭介) dan *spoiler* sepupunya Suga Natsumi (須賀 夏美). Topik artikel saat itu adalah cuaca Tokyo yang aneh (hujan setiap hari di musim panas) dan rumor gadis cerah (晴れ女, Hare Onna, lit. Sunny Woman).

Suatu hari, ketika hujan, Hodaka bertemu dengan Amano Hina (天野 陽菜) yang sempat membantu Hodaka ketika dia masih baru di Tokyo dan belum bekerja dengan Suga-san. Ternyata Hina adalah gadis cerah yang dirumorkan yang bisa membuat hujan berhenti. Hari-hari berikutnya keduanya berkeliling Tokyo menbantu orang-orang dengan mendatangkan cerahnya mentari.

Pekerjaan resmi Hina sebagai gadis cerah.
Pekerjaan resmi Hina sebagai gadis cerah.

Lanjutkan membaca “Tenki no Ko: di Tengah Hujan di Tengah Tokyo”

The Blue Star (蒼い星) – Marco & The Galaxy Dragon OST – Lyrics

Februari lalu aku melihat sebuah iklan di Youtube. Ad tersebut mengiklankan Visual Novel berjudul “Marco & The Galaxy Dragon” (Jap. マルコと銀河竜). Mencari sebentar ternyata ada demonya di Steam. Tidak bisa menahan godaan game gratis aku mencoba demo-nya. Ada satu hal yang sangat aku suka dari demo-nya, lagunya. Dan dari beberapa lagu yang ada, favoritku adalah “The Blue Star” (青い星, Aoi Hoshi) — yang aku baru tahu judulnya hari ini.

Ada yang mengupload lagunya di Youtube, berikut kalau ada yang berminat.

Dan berikut liriknya, yang aku temukan di pinned comment di video yang sama, wkwk. Lanjutkan membaca “The Blue Star (蒼い星) – Marco & The Galaxy Dragon OST – Lyrics”

*gasp* Sudah Sebulan Lebih

Tidak disangka sudah lebih dari sebulan sejak terakhir aku membuat posting-an. Er… mennulis apa ya? Mungkin apa yang terjadi beberapa minggu terakhir ini.

Pertama mungkin alasan kenapa berhenti menulis. Setelah beberapa tulisan “ulasan” aku merasa dalam upayaku meyakinkan kalian untuk menonton/membaca sesuatu yang aku sarankan, pada akhirnya aku membagi hal tersebut menjadi hal (yang ku anggap) positif dan hal (yang aku anggap) negatif. Pada akhirnya aku mencoba merasionalkan kenapa sesuatu tersebut layak untuk ditonton/dibaca. Seperti kata Alan Moore di komik Watchmen melalui tokoh Dan a.k.a Nite Owl (parafrase) “terkadang dalam upaya kita mengukur/menilai sesuatu kita melewatkan keindahannya.”

Setelah itu aku merenung sebentar. “Enaknya bagaimana ya?” pikirku. Mungkin perlu aku ubah caraku menulis. Daripada membaginya menjadi plus dan minus mungkin lebih ke hal yang aku suka dan tidak. Pada akhirnya mungkin tidak berbeda jauh, hal yang aku suka mungkin memang kelebihan sesuatu tersebut dan sebaliknya, namun setidaknya aku tidak perlu berpura-pura bersikap objektif padahal apa yang kutuliskan sebenarnya subjektif.

Start screen Yu-Gi-Oh! Link Evolution.
Start screen Yu-Gi-Oh! Link Evolution.

Namun sebelum aku membuat tulisan yang lain, minatku teralihkan ke Yugioh. Akhirnya setelah lebih dari satu tahun rilis di Nintendo Switch, videogames terbaru Yu-Gi-Oh! Legacy of the Duelist Link Evolution (namanya panjang) rilis di PC akhir Maret lalu. Setelah beberapa tahun berhenti bermain (karena teman kos berhenti bermain juga), akhirnya ada versi digital Yugioh yang lumayan dan tersedia di PC. Dikarenakan sudah cukup lama tidak mengikuti perkembangan permainan Yugioh, perlu beberapa waktu untuk bisa memahami mekanisme baru, kartu-kartu baru, dsb. Ya, cukup menarik. Lanjutkan membaca “*gasp* Sudah Sebulan Lebih”

Shigatsu wa Kimi no Uso, Part 2.5: Live Action

TL;DR: adaptasi live action ini OK. Apabila hanya ada waktu luang sekitar 2 jam tidak ada salahnya menotonnya. Namun menurutku versi anime jauh lebih bagus daripada versi live action, meskipun durasinya lebih panjang. Bisa dikatakan justru lebih bagus karena lebih panjang, lebih terasa build up-nya dan lebih banyak yang terjadi.

Pada September 2016, live action “Shigatsu wa Kimi no Uso” dirilis ke bioskop. Live action adalah film yang diperankan oleh orang betulan yang bersumber dari media seperti manga atau anime, info untuk yang belum tahu. Film live action tersebut disutradarai oleh Shinjou Takehiko, ditulis oleh Tatsui Yukari, dan didistribusikan oleh Toho.

Apakah perlu sinopsis? Aku copas dari tulisanku sebelumnya saja ya, premis utama dan bagian awalnya sama sebabnya.

“Shigatsu wa Kimi no Uso” bercerita tentang Arima Kousei (diperankan Yamazaki Kento), yang berhenti bermain piano setelah ibunya meninggal dunia. Suatu hari, dia diajak oleh dua orang temannya Sawabe Tsubaki (diperankan Ishii Anna) untuk menemani dia dan Watari Ryouta (diperankan Nakagawa Taishi) bertemu dengan seseorang. Orang tersebut adalah teman sekelas Tsubaki, Miyazono Kaori (diperankan Hirose Suzu), seorang violis, dan suka dengan Watari. Intinya, Kousei diajak agar Tsubaki tidak jadi obat nyamuk.

Pada hari tersebut bertepatan dengan jadwal kompetisi violin yang diikuti Kaori. Kousei, Tsubaki, dan Watari akhirnya menonton penampilan Kaori. Setelah dua tahun tidak berhubungan dengan dunia musik, Kousei diseret lagi ke dalamnya oleh sang violis, Kaori. Kousei perlu menghadapi trauma masa lalunya agar dia bisa bermain piano sekali lagi.

Dari kiri: Ishii Anna (Tsubaki), Yamazaki Kento (Kousei), dan Nakagawa Taishi (Watari).
Dari kiri: Ishii Anna (Tsubaki), Yamazaki Kento (Kousei), dan Nakagawa Taishi (Watari).

Spoiler free(?) opinion

Pertama-tama, aku salut dengan Yamazaki Kento dan Hirose Suzu (pemeran Kousei dan Kaori) yang berlatih selama 6 bulan sebelum pembuatan film. Dari beberapa lagu yang dimainkan aku tidak merasakan kejanggalan yang mengganggu, pendapat seseorang tanpa pengetahuan musik sama sekali. Ketika mereka bermain juga hanya sedikit gangguan (voice over dialog) sehingga kita bisa menikmati permainan piano/violin mereka. Lanjutkan membaca “Shigatsu wa Kimi no Uso, Part 2.5: Live Action”

Shigatsu wa Kimi no Uso, Part 2: Your Lie

Spoiler warning: tulisan ini akan membocorkan jalan cerita Shigatsu wa Kimi no Uso hingga akhir volume 1 (manga) atau episode 3 (anime). Apabila ada yang tertarik aku rekomendasikan memulai dari anime, agak sabar dengan Kaori yang egois dan suka memaksa. Manga aku rasa lebih seperti album yang bisa dibuka ketika kita rindu.

Your Lie in April (四月は君の嘘, lit. Shigatsu wa Kimi no Uso) adalah serial manga karya Arakawa Naoshi yang diserialisakan di Kodansha Monthly Shounen Magazine antara April 2011 hingga Mei 2015. Studio A-1 Pictures membuat adaptasi anime yang tayang pada Oktober 2014 hingga Maret 2015. Selain itu juga terdapat adaptasi live action, yang belum sempat aku tonton, rilis September 2016.

Kousei bertemu Kaori.
Kousei bertemu Kaori.

Cerita Singkat

“Shigatsu wa Kimi no Uso” atau yang biasa aku singkat Shigatsu, bercerita tentang seorang mantan pianis cilik, Arima Kousei (有馬 公生) yang berhenti bermain 2 tahun yang lalu semenjak ibunya meninggal dunia. Saat ini Kousei dan dua teman kanak-kanaknya, Sawabe Tsubaki (澤部 椿) dan Watari Ryouta (渡 亮太), berada di kelas 3 SMP namun ketiganya berbeda kelas. Suatu hari Tsubaki meminta bantuan Kousei untuk menemaninya memperkenalkan teman sekelasnya dengan Watari. Teman sekelas Tsubaki tersebut adalah Miyazono Kaori (宮園 かをり), seorang violis yang suka kepada Watari.

Hari yang dijanjikan bertepatan dengan hari penyisihan kompetisi violin yang diikuti Kaori. Ketiganya akhirnya menonton penampilan Kaori. Kousei yang selama 2 tahun terakhir menjauhi dunia musik dipaksa menyaksikan kompetisi para pemain violin termasuk Kaori. Permainan Kaori yang, bisa dibilang, seenaknya sendiri dan tidak mengikuti partitur membuatnya tidak diloloskan oleh juri namun disebabkan banyak penonton yang terpukau dia menjadi pemain favorit dan maju ke babak selanjutnya.

Dikarenakan permainannya sebelumnya yang egois, pemain piano pendamping Kaori mengundurkan diri. Kousei menolak setelah diminta Kaori untuk menjadi pemain pendampingnya. Kousei menuturkan alasannya tidak bermain piano lagi, dia tidak bisa mendengar nada-nada pianonya di tengah permainan. Kaori bersikukuh harus Kousei yang mendampinginya, dan perjalanan Kousei bermain piano lagi dimulai.

Di tengah perjalanan tersebut Kousei harus menghadapi trauma masa lalunya, bertemu lawan, teman, dan orang-orang lain yang mempengaruhi kehidupannya. Lanjutkan membaca “Shigatsu wa Kimi no Uso, Part 2: Your Lie”

Shigatsu wa Kimi no Uso, Part 1: Spring has Come

Spoiler warning:. Sebisa mungkin aku hindari spoiler pada tulisan ini namun kemungkinan tanpa sengaja ada yang tercantum. Harap baca setelah *read more* dengan hati-hati. Apabila ada yang berminat dengan “Shigatsu wa Kimi no Uso”, aku rekomendasikan menonton adaptasi anime, musik benar-benar membuat cerita ini lebih menakjubkan.

Banyak hal di sekitar kita yang mengingatkan kita kepada sesuatu, terutama apabila itu adalah sesuatu yang berharga. Kadang tidak hanya benda harfiah seperti buku, sepatu, dsb, namun sesuatu yang tak tersentuh seperti musik, pemandangan, atau waktu. Bulan April (四月, Shigatsu) mengingatkanku kepada “Your Lie in April” (四月は君の嘘, Shigatsu wa Kimi no Uso).

Boy sees girl.
Boy sees girl.

Kira-kira 5 tahun yang lalu, sesaat setelah selesai tayang, aku menonton “Shigatsu wa Kimi no Uso” (anime). Waktu itu bertepatan dengan periode latihan untuk sebuah pementasan yang akan dilakukan oleh unit kegiatan yang aku ikuti. Hal tersebut tidak ada hubungannya sebenarnya karena bidang musik yang kami tekuni berbeda, bukan musik klasik seperti di Shigatsu — singkatan di wikipedia “Kimiuso” namun aku terlanjur terbiasa menyingkatnya “Shigatsu”, harap maklum. Hanya saja mungkin karena waktu itu minat akan musik sedang tinggi-tingginya aku tertarik menonton Shigatsu.

Berhubung April, saat ini aku sekali lagi mencoba membaca dan menonton ulang “Shigatsu wa Kimi no Uso” sekali lagi. Seperti yang sudah ku duga, tidak mudah. Rencana awalnya aku ingin menulis sesuatu tentang Shigatsu setelah aku selesai membaca manga dan menonton anime-nya. Melihat kuantitas sebenarnya tidak banyak, hanya 11 volume dan 22 episode, akhir pekan kemarin seharusnya bisa selesai jika hanya memperhitungkan durasi. Namun sayangnya ada emosi dan memori yang ikut campur tangan. Lanjutkan membaca “Shigatsu wa Kimi no Uso, Part 1: Spring has Come”

5-toubun no Hanayome, Bahkan Kembar pun Berbeda

TL;DR “5-toubun no Hanayome” adalah cerita romansa komedi yang menarik. Gotoubun menceritakan tentang lima saudari kembar dan tutor mereka, tentang keunikan masing-masing, dan perkembangan mereka menjadi orang yang lebih baik. Manga-nya saat ini sudah tamat dan aku dapat menerima ending yang dipilih oleh Haruba Negi-sensei. Aku rekomendasikan untuk membaca manga-nya dan mungkin menonton anime-nya (meskipun aku belum menonton). Kalau memungkinkan mohon untuk membeli manga aslinya, atau terjemahan yang berlisensi untuk mendukung Negi-sensei dan industri manga pada umumnya.

Sayangnya saat ini aku belum mampu membeli manga aslinya. Foto-foto yang aku tampilkan di sini aku dapat dari /a/nonymous Scanlation dan #dropout.

Aku sebenarnya merasa exited sekaligus cemas membuat tulisan ini. Exited karena aku suka menulis tentang sesuatu yang aku sukai, namun aku takut dan gelisah kata-kataku tidak cukup untuk menyampaikan betapa bagusnya sesuatu yang aku sukai tersebut. Maka seperti biasa aku harap kalian mau meluangkan waktu untuk merasakan sendiri betapa menakjubkannya “5-toubun no Hanayome”.

Pada saat penulisan ini aku sudah membaca manga-nya sampai chapter 122 (tamat) namun belum menonton adaptasi anime-nya. Karenanya aku tidak akan berkomentar berkenaan anime, meskipun tidak sedikit hal yang aku bahas dapat mencangkup manga maupun anime. Akan aku usahakan tulisan ini sesedikit mungkin spoiler-nya.

“5-toubun no Hanayome” dibaca “Go-toubun no Hanayome” ditulis “五等分の花嫁” dan diterjemahkan ke English menjadi “The Quintessensial Quintplets” adalah manga karya Haruba Negi. Diserialisasikan di Weekly Shounen Magazine pada 9 Agustus 2017 – 19 Februari 2020 dan bergenre harem, romansa komedi (menurut wikipedia). Pada Winter 2019 lalu diadaptasi ke 12 episode anime, kalau tidak salah hingga chapter 32 di manga.

Karakter-karakter utama di "5-toubun no Hanayome". Dari kiri Fuutarou, Miku, Nino, Itsuki, Yotsuba, dan Ichika.
Karakter-karakter utama di “5-toubun no Hanayome”. Dari kiri Fuutarou, Miku, Nino, Itsuki, Yotsuba, dan Ichika.

Sekilas cerita

“Go-toubun no Hanayome” (aku kurang suka menulisnya dengan angka) menceritakan Uesugi Fuutarou, kelas 2 SMA, yang selalu mendapat nilai sempurna (100) di setiap tes. Fuutarou diminta ayahnya menjadi tutor salah seorang teman seangkatannya, dikarenakan mereka kurang mampu secara finansial dan bayaran yang ditawarkan cukup besar akhirnya Fuutarou menyetujui. Namun Fuutarou sebelumnya berselisih paham dengan Nakano Itsuki, teman yang akan ditutornya. Ketika akan meminta maaf, Fuutarou mengikuti Itsuki hingga ke apartemennya (jangan ditiru, dikira stalker nanti) dan ternyata Itsuki memiliki empat saudara kembar yang juga bersekolah di tempat yang sama tapi berbeda kelas. Jelaslah mengapa bayarannya besar, karena tugas Fuutarou bukan hanya menjadi tutor satu orang melainkan lima orang. Namun yang lebih mengejutkan lagi, kelimanya bodohnya minta ampun (bodoh dalam bidang akademik). Keseharian Fuutarou dan kelima kembar Nakano inilah yang diceritakan di “Go-toubun no Hanayome”. Lanjutkan membaca “5-toubun no Hanayome, Bahkan Kembar pun Berbeda”

Hear Me Cry, Cagnet Bukan Utada Hikaru

Bagaimanakah cara paling mudah untuk mendengarkan lagu? Sekarang jawabannya mungkin bervariasi dari menonton YouTube, mendengarkan Spotify atau iTunes, mendownload, atau sejenisnya. Memanfaatkan internet pokoknya.

Hal tersebut berbeda, erm.. 12-an tahun yang lalu. Waktu itu sebenarnya cukup mudah mencari (baca: download) lagu melalui internet melalui website seperti indowebster, 4shared, dan sejenisnya. Akan tetapi seperti yang berulang kali aku keluhkan, akses internetku saat itu terbilang jelek, hanya berkisar 16 kbps. Maka mengandalkan internet untuk mencari lagu saat itu tidaklah mudah.

Cara paling efisien untuk mendengarkan, dengan kata lain menyimpan lagu, pada waktu itu adalah men-copy koleksi lagu teman. Dikarenakan metode ini, sering aku menemukan lagu-lagu yang aku kurang familiar waktu itu seperti Cranberries, Avril, dan band/penyanyi manca lainnya. Salah satu lagu yang menarik perhatianku adalah yang bernama “Hear Me Cry – Utada Hikaru OST Final Fantasy X”.

Ada dua kesalahan besar yang tertulis dari sebaris kata-kata tersebut. Pertama, “Hear Me Cry” bukan soundtrack Final Fantasy X, yang benar adalah “Suteki da ne”. Kedua, “Hear Me Cry” bukan lagunya Utada Hikaru namun Cagnet.

Sebelum aku lupa, berikut lagunya:

Lanjutkan membaca “Hear Me Cry, Cagnet Bukan Utada Hikaru”

Her Blue Sky (空青, Sora Ao) and Lingering Blueness

Akan aku coba untuk menuliskan sedikit mungkin spoiler pada tulisan ini. TL;DR film ini menuruku layak untuk ditonton di bioskop atau dibeli bluray-nya, dengan kekuatan utama pada karakter-karakternya dan penyampaian cerita yang menarik. Aku rasa film ini akan lebih bagus apabila ada tambahan 5-10 menit untuk menyelesaikan beberapa hal, setidaknya credit roll memberikan sedikit tambahan cerita. Tidak sebagus AnoHana namun lebih karena durasinya yang <2 jam. Skor objektif mungkin 8.5/10, atau 9/10 jika aku boleh subjektif.

Kira-kira seminggu yang lalu aku menonton “Her Blue Sky” atau nama asli di Jepangnya 空の青さ知る人よ (Sora no Aosa Shiru Hito yo, lit. “To Those Who the Blueness of the Sky”, atau SoraAo) adalah film animasi yang diproduksi oleh Cloverwork. Film ini dirilis di Jepang 11 Oktober 2019 dan di Indonesia 11 Maret 2020 lalu. SoraAo adalah film kolaborasi antara Tatsuyuki Nagai (sutradara), Mari Okada (penulis), dan Masayoshi Tanaka (desain karakter dan chief animation director) yang sebelumnya bekerja bersama membuat AnoHana dan KokoSake.

SoraAo menceritakan kehidupan Aioi Aoi — coba ucapkan namanya dengan cepat berulang kali, siswi kelas 3(?) SMA, dan orang-orang di sekitarnya di sebuah kota kecil yang aku lupa namanya. Aoi ingin pergi ke Tokyo dan membuat band yang saat ini beranggota dirinya sendiri. Dia menginginkan hal tersebut karena pengaruh Kanamuro Shinosuke a.k.a Shinno — teman kakaknya, Aioi Akane, yang dulu (13 tahun yang lalu) latihan band-nya sering Aoi lihat. Nakamura Masamichi a.k.a Michi, teman Akane yang saat ini berkerja di balai kota ingin mengundang penyanyi Enka untuk semacam acara revitalisasi kota tersebut. Oh, juga ada Nakamura Masatsugu a.k.a Tsugu, anaknya Michi, saat ini SD kelas 6(?) yang sejak kecil bermain bersama Aoi; dan teman SMA Aoi, Ootaki Chika. Lanjutkan membaca “Her Blue Sky (空青, Sora Ao) and Lingering Blueness”